METODE PENELITIAN
A. PENDAHULUAN
“Rasa ingin tahu adalah awal dari pngetahuan”. Kalimat ini adalah hakekat dari munculnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai dan dimiliki umat manusia dari sejak jaman dahulu hingga sekarang. Ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang begitu maju, merupakan hasil dari pemikiran dan pengembangan manusia dalam menjawab tantangan dan kebutuhan hidup yang semakin kompleks. Akibat kebutuhan manusia bertambah dan keinginan manusia semakin tinggi, sehingga manusia ingin mewujudkan suatu keinginan tersebut menjadi kenyataan.
Kita sebagai manusia yang memiliki keinginan dan ingin mewujudkan keinginan tersebut harus mampu melakukannya. Keinginan tersebut diantaranya yaitu keinginan untuk tahu sesuatu. Bagaimana kita dapat membangun rasa penesaran ingin tahu tersebut? Rasa penasaran ingin tahu atau penasaran ingin memahami secara mendalam atas fenomena yang ada merupakan situasi nyata dari kehidupan manusia yang memiliki penalaran, pemikiran, kemampuan melakukan dan juga berbudaya. Tidak hanya rasa ingin tahu yang penting, melainkan berbuat secara nyata untuk mengetahui. Perbuatan mencari pengetahuan lebih penting dari pada rasa ingin tahu itu.
Contoh rasa ingin tahu misalnya :
1. Mengapa sehabis makan terasa kenyang?
2. Mengapa TV ada gambarnya?
3. Mengapa terjadi tsunami?
4. Bagaimana rasanya kalau coklat dicampur dengan mentega?
Sebagai perwujudan dalam mencari pengetahuan, maka perlu didasari dengan sikap, langkah dan cara berpikir yang tepat dan terarah dengan filosofi yang benar. Sehingga hasil yang didapat akan maksimum mendekati kebenaran.
Untuk mendapatkan jawaban dari rasa ingin tahu itu perlu dipersiapkan langkah-langkah dan strategi serta segala sesuatu yang mendukungnya sehingga dapat menuntun dan menemukan jawaban dari rasa ingin tahu itu. Usaha untuk mendapatkan jawaban dari rasa ingin tahu dapat diperoleh melalui penelitian. Fokus penelitian tentu saja beragam, keragaman itu terletak pada :
1. Apa yang kamu ketahui.
2. Apa yang kamu alami.
3. Apa yang kamu baca.
4. Apa yang kamu dengar.
5. Apa yang dapat kamu nilai.
6. Apa yang dapat kamu prediksi, dan lain sebagainya.
Dalam penelitian harus menghasilkan suatu kesimpulan dan kebenaran. Kesimpulan adalah penjelasan dari hasil penelitian dan kebenaran adalah pertanggungjawaban secara moral dan ilmiah. Ada empat pandangan mengenai kebenaran, yaitu :
1. Kebenaran dogmatik, dimana kebenaran harus diterima apa adanya, tanpa perlu penelaahan dengan pendekatan penalaran yang murni.
2. Kebenaran rasional, dimana sebuah statemen, konklusi, prediksi dan sebagainya dipandang benar manakala secara internal kognitif tidak bertentangan. Kebenaran semacam ini sering disebut kebenaran ansumtif atau kebenaran hipotetik. Juga sering disebut sebagai kebenaran menurut akal sehat belaka.
3. Kebenaran empirik, dimana konklusi, prediksi, dan justifikasi diangkat dari fenomena nyata.
4. Kebenaran yang rasional dan empirik secara simultan.
Penelitian sesungguhnya merupakan perbuatan biasa selayaknya pekerjaan yang memerlukan dukungan sumber-sumber fasilitatif. Artinya ada yang diperlukan untuk dapat meneliti, yaitu :
1. Pengetahuan dan pengalaman atau akses mengenai apa yang diteliti.
2. Sumber, baik berupa orang (pakar, subyek yang mengetahui, dll), maupun bacaan( buku, jurnal, majalah, koran, dll) sumber itu biasanya bersifat primer dan bisa pula bersifat sekunder.
3. Fasilitas, yaitu peralatan dan kelengkapan yang diperlukan misalnya peralatan tulis, alat hitung, alat pengukuran, alat pengamatan, komputer, internet, meja, dll.
4. Ketersediaan waktu. Waktu ini bersifat relatif, tergantung obyek penelitian dan tingkatan penelitian (pemula, semi profesional, profesional).
5. Dana untuk penelitian.
6. Lingkungan yang kondusif.
Dalam setiap penelitian harus menggunakan pendekatan atau metode ilmiah sehingga penarikan kesimpulan menjadi sah. Karena jika proses penelitian tidak menggunakan prosedur ilmiah, maka produk yang dihasilkan dari penelitian itu tidak sah secara ilmiah.
B. METODE ILMIAH
Langkah-langkah yang ditempuh secara berjenjang atau berurutan dan logis untuk menemukan suatu jawaban dari rasa ingin tahu dinamakan metode ilmiah.
Dalam penelitian, langkah-langkah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
- Mengenali dan menentukan masalah yang akan diteliti.
- Mengkaji teori yang sudah ada yang relevan dengan masalah yang hendak diteliti.
- Mengajukan hipotesis atau pertanyaan penelitian.
- Membuat desain penelitian untuk menguji hipotesis tersebut.
- Mengumpulkan data dengan menggunakan prosedur yang mengacu pada desain penelitian.
- Menganalisa data.
- Menginterprestasikan data dan menarik kesimpulan.
1. Mengenali dan menentukan masalah yang akan diteliti.
Penelitian pada dasarnya adalah melakukan kegiatan secara berjenjang dan berurutan, mendeskripsikan dan menganalisis fenomena secara ilmiah, atau dengan kata lain adalah memecahkan masalah secara ilmiah. Masalah yang dipecahkan harus fokus, sehingga produk penelaahannya tidak menyimpang dari alur yang sesungguhnya.
Oleh karena itu fokus masalah harus digali secara sistematik, cermat, mendalam dan komprehensif. Masalah dapat digali dengan melakukan beberapa cara, diantaranya yaitu:
- Melakukan perenungan untuk menentukan grand idea dari masalah yang akan diteliti.
- Melakukan penjelajahan awal untuk menemukan data awal, baik data primer maupun sekunder.
- Melakukan penelaahan atas karya tulis atau hasil penelitian yang sejenis atau yang relevan.
- Menentukan fokus permasalahan atau fokus masalah.
- Merumuskan masalah secara akurat, ringkas dan jelas
- Merumuskan pertanyaan-pertanyaan “ikutan” yang terkandung di dalam permasalahan yang ada.
- Menentukan paradigma atau metode berpikir untuk menelaah masalah atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan.
- Menentukan metode dan teknik untuk melakukan pendataan untuk memperoleh data yang relevan dengan kebutuhan, baik data primer maupun data sekunder.
- Melakukan penelaahan terhadap data atu informasi yang ada.
- Jika perlu melakukan refokus atas permasalahan yang telah dirumuskan.
Sumber masalah dapat diambil dari : pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, pengalaman pakar, dunia nyata, informasi dari media, hasil penelitian, dll.
2. Mengkaji teori yang sudah ada yang relevan dengan masalah yang hendak diteliti.
Di bidang ilmu apapun, masalah selalu ada dan tak terhitung jumlahnya. Namun orang sering merasa kesulitan untuk menemukan masalah yang akan ditelitinya. Apakah yang dimaksud masalah? Dalam arti luas, masalah sbenarnya adalah semua bentuk pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Walaupun masalah merupakan titik tolak untuk melakukan penelitian, tidak semua masalah dapat dijadikan objek untuk diteliti dan hal ini dapat diketahui dari karakteristik masalah itu sendiri.
Sebelum merumuskan permasalahan, seorang peneliti perlu mengidentifikasi permasalahan. Pada dasarnya masalah berpangkal pada sesuatu yang ideal. Masalah akan muncul jika kita menyadari adanya kesenjangan di lingkungan kita.
Fenomena yang muncul di muka bumi ini umumnya dapat didekati secara diterministik, dimana adanya suatu atau beberapa akibat nyaris bahkan selalu dipicu oleh satu atau beberapa sebab. Pada konteks penelitian, masalah yang menjadi focus kajian didalami dari latar belakang munculnya masalah itu. Latar belakang masalah merupakan jawaban atas pertanyaan tentang mengapa masalah itu muncul atau apakah sebab munculnya masalah itu? Masalah itu muncul akibat adanya rentetan peristiwa masa lalu, yang sedang terjadi, atau bakal muncul. Masalah yang diteliti biasanya dapat saja bersumber dari hal-hal yang bersifat ilmiah, dan bisa juga dari hal-hal yang birokratik, kebetulan, atau praktikal untuk dikaji secara ilmiah.
Penelitian tidak boleh memaksa masalah yang dikedepankan yang menyebabkan atau bernuansa personal-emosional ketimbang rasional-ilmiah.
Masalah harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:
- Layak diteliti, artinya pengkajian terhadap masalah tersebut dapat dilakukan dengan cara yang terukur secara empirik melalui pengumpulan dan pengolahan data.
- Mempunyai nilai teoritis dan praktis, artinya masalah diangkat dari teori yang kuat atau mempunyai dampak praktis yang dapat memperbaiki praktik atau menjawab terjadinya fenomena alam.
- Realistis, artinya masalah dapat dijangkau baik dalam konsep atau teori maupun prakteknya.
Selain ketiga karakteristik tersebut, masalah yang diangkat juga harus actual, kebaruan dan orisinal.
Setelah masalah dapat digali, maka masalah tersebut perlu dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan atau pernyataan. Rumusan masalah mencerminkan masalah pokok penelitian. Inti, ruang lingkup, atau batas jangkauan penelitian tercermin dalam rumusan masalah itu. Dalam perumusan masalah, hendaknya jelas, operasional sehingga tidak terbuka peluang terjadinya salah tafsir jika rumusan masalah itu dibaca oleh orang lain. Selain itu rumusan masalah hendaknya dirumuskan dengan menggunakan kaidah tata bahasa yang baku sehingga bebas dari kesalahan tata bahasa. Seseorang dapat merumuskan masalah yang hendak ditelitinya dengan jelas apabila ia menguasai pengetahuan pada bidang yang akan ditelitinya.
Contoh rumusan masalah :
- Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat petani dalam kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan jaringan irigasi desa Rawamakmur?
- Bagaimana karakteristik arus lalu lintas, volume, kecepatan dan tingkat pelayanan jalan arteri sekunder Enggano di kota Bengkulu?
- Bagaimana tingkat kinerja pelayanan persampahan Kota Bengkulu berdasarkan persepsi/penilaian masyarakat?
3. Mengajukan Hipotesisi atau pertanyaan penelitian.
Hipotesisi merupakan rumusan jawaban sementara atau dugaan sehingga untuk membuktikan benar tidaknya dugaan tersebut perlu diuji terlebih dahulu. Pengertian dugaan di sini tidak berarti sembarang dugaan tanpa dasar. Perumusan hipotesis harus mengindahkan kaidah-kaidah ilmiah yang sistematis dan rasional. Hipotesis perlu di dukung dengan data-data yang mendukung atau menentang hipotesis. Hipotesis harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Rasional. Meskipun hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu fenomena tertentu, isi hipotesis tersebut harus mengandung penjelasan yang masuk akal atau rasional.
2. Memiliki dua variabel atau lebih. Suatu hipotesis hendaknya mengandung hubungan sebab akibat atau bukan sebab akibat yang diharapkan dari dua variabel atau lebih. Variabl yang digunakan harus variabel operasional dan terukur.
3. Dapat diuji. Hipotesis hendaknya dapat diuji di lapangan dengan fakta empiris. Jika tidak dapat diuji, hipotesis tersebut tidak ada maknanya.
Contoh rumusan hipotesis :
“Tingkat partisipasi masyarakat petani di daerah irigasi Rawamakmur masih berada pada tingkatan rendah hingga sedang. Hal ini diduga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yang mereka miliki seperti : umur, besar pendapatan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, luas lahan garapan, lama bekerja sebagai petani, tingkat kepatuhan terhadap norma yang ada di dalam masyarakat, intensitas mengikuti penyuluhan dan kepemilikan lahan yang mereka garap. Tingkat partisipasi masyarakat petani di daerah ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternalnya seperti: landasan hukum yang menjadi pedoman mereka untuk melakukan pengoperasian dan pemeliharaan jaringan irigasi, serta keberadaan lembaga yang mewadahi mereka untuk melakukan kegiatannya.”
4. Membuat desain penelitian untuk menguji hipotesis tersebut.
Rancangan penelitian merupakan penggambaran mengenai keseluruhan aktifitas peneliti selama kerja penelitian, mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaan penelitian.
Rancangan penelitian atau proposal disusun menurut format sistematika yang disepakati oleh calon peneliti dengan pembimbing, atau format yang dituangkan dalam buku pedoman yang dikeluarkan oleh suatu lembaga serta calon penyandang dana. Rancangan ini merupakan satu batang tubuh yang memuat tentang pendahuluan, studi pustaka dan metodologi penelitian.
Rancangan penelitian diharapkan memenuhi kriteria sebagai berikut:
- Masalah penelitian diidentifikasi bersumber dari salah satu atau merupakan akumulasi dari beberapa sumber masalah, seperti pengalaman pribadi, informasi/pengalaman para ahli, pengujian dan pengembangan teori, hasil analisis terhadap literatur profesional dan hasil penelitian sebelumnya.
- Ada kongruensi antara masalah yang diidentifikasi dengan rumusan masalah.
- Pertanyaan penelitian diturunkan dari masalah yang dirumuskan.
- Tujuan penelitian dirumuskan mengacu kepada masalah yang dirumuskan.
- Rumusan pentingnya penelitian harus memuat tentang kemanfaatan hasil penelitian bagi keperluan praktis dan teoritis.
- Tinjauan pustaka dituangkan secara padat dan memenuhi criteria sumber ilmiah, sajian yang relevan dengan masalah penelitian, variabel penelitian, asumsi dan hipotesis penelitian yang akan diuji.
- Bahan pustaka yang digunakan memenuhi kriteria kemukhtahiran.
- Populasi penelitian dipilih dan didefinisikan secara tepat.
- Besar sampel ditetapkan secara representative dan prosedur, penarikannya dilakukan menurut pertimbangan karakteristik spesifiknya.
- Variabel penelitian didefinisikan secara operasional, disertai indikator-indikatornya.
- Dapat secara ksplisit dibedakan status masing-masing variabel (bebas, terikat, perantara, kontrol, dll)
- Terdapat kesesuaian antara metode penelitian dengan paradigma tujuan, alat pengumpul data dan cara pengumpulan data serta hipotesis yang akan diuji.
- Terdapat kesesuaian antara alat pengumpul data, cara pengumpulan data serta hip[otesis yang akan diuji.
- Terdapat kesesuaian antara teknik analisis data dengan karakteristik data serta hipotesis yang akan diuji.
Kajian pustaka sangat penting karena memberi efek pada hampir seluruh kerja penelitian, mulai dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengembangkan metodologi, mengumpulkan dan menganalisa data, sampai dengan hasil pembahasan penelitian.
Sumber pustaka mengacu atau berhubungan dengan :
- Teknis metodologi penelitian.
- Anatomi keilmuan bidang permasalahan penelitian.
Keduanya berperan penting tetapi berbeda fungsinya.
5. Mengumpulkan data dengan menggunakan prosedur yang mengacu pada desain penelitian.
Mengumpulkan data memang pekerjaan yang melelahkah dan kadang-kadang sulit. Berjalan dari rumah ke rumah mengadakan interview atau membagi angket, belum lagi kalau satu dua kali datang belum berhasil bertemu dengan orang yang dicari, atau malah dikejar anjing penjaga. Kadang-kadang sampai ke kantor, atau suatu tempat dan disambut dengan dingin, bahkan kadang-kadang raut wajah yang kecut. Pekerjaan seperti ini sering diberikan kepada pembantu-pembantu peneliti yunior, sedangkan para senior cukup membuat desain, menyusun instrumen, mengolah data, dan mengambil kesimpulan. Yang diambil kesimpulannya adalah olahan data yang pengumpulan banyak dipengaruhi oleh faktor siapa yang bertugas mengumpulkan data. Jika pengumpul data melakukan sedikit kesalahan sikap dan interview misalnya, akan mempengaruhi data yang diberikan oleh responden. Kesimpulannya dapat salah. Maka mengumpulkan data merupakan pekerjaan yang penting dalam meneliti.
Empat jenis metode pengumpulan data adalah sebagai berikut:
A. Kuesioner
Data yang diungkap dalam penelitian dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: fakta, pendapat, dan kemampuan. Untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti, digunakan tes. Perlu kita pahami bahwa yang dapat dikenai tes bukan hanya manusia. Mesin mobil jika akan diketahui masih baik atau tidak, data kemampuannya seberapa, juga dites dengan alat tertentu. Untuk manusia, instrumen yang berupa tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi.
Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau angket memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpul data. Memang kuesioner baik, asal cara dan pengadaannya mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam penelitian. Sebelum kuesioner disusun, maka harus dilalui prosedur.
- Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
- Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
- Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan tunggal.
- Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya.
Salah satu kelemahan metode angket adalah bahwa angketnya sukar kembali.
B. Wawancara
Metode pengumpulan data dengan wawancara lebih banyak dilakukan pada penelitian kualitatif dari pada penelitian kuantitatif. Kelebihan metode wawancara adalah peneliti bisa menggali informasi tentang topik penelitian secara mendalam, bahkan bisa mengungkap hal-hal yang mungkin tidak terpikirkan oleh peneliti itu sendiri. Akan tetapi, metode wawancara memerlukan kecakapan peneliti yang lebih dari pada pengumpulan data dengan metode yang lain. Pada penelitian kuantitatif, metode wawancara digunakan untuk melengkapi atau mendukung hasil penelitian, di mana penelitian kuantitatif lebih menekankan pengumpulan data dengan menggunakan metode kuesioner, observasi atau dokumentasi.
Terdapat metode wawancara secara terbuka, yaitu di mana peneliti tidak menggunakan guidance tertentu dalam melakukan wawancara. Jenis ini sering disebut dengan metode tidak terstruktur. Peneliti menanyakan topik awal pada responden, lalu menggali secara mendalam informasi yang ada pada responden tanpa terlalu terikat dengan topik penelitian. Metode ini sering digunakan untuk menentukan judul penelitian, atau pada penelitian kualitatif, di mana peneliti merupakan bagian dari penelitian itu sendiri. Dibutuhkan skill yang tinggi untuk melaksanakan wawancara tidak terstruktur.
Jenis kedua adalah metode semi terstruktur, di mana peneliti mempunyai guidance tentang item apa saja yang akan ditanyakan. Topik yang digali tetap bisa berkembang, akan tetapi peneliti tetap harus memfokuskan pada item yang telah ditentukan sebelumnya.
Jenis ketiga adalah metode terstruktur. Metode ini bisa saja merupakan metode kuesioner, di mana responden mempunyai keterbatasan sehingga tidak mampu melakukan pengisian kuesioner sendiri. Peneliti tinggal menanyakan apa yang ada pada naskah yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tidak ada pengembangan informasi yang lebih mendalam pada metode wawancara terstruktur.
Metode mana yang akan dipilih tergantung dari tujuan anda melakukan wawancara. Hal yang penting harus dilakukan sebelum melakukan wawancara adalah mempersiapkan item apa saja yang akan ditanyakan. Anda akan menggali secara mendalam informasi dari responden tanpa terikat dengan tujuan penelitian anda, atau anda akan membatasi topik wawancara hanya sebatas tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tahapan yang dapat digunakan dalam wawancara adalah:
- Tentukan jenis wawancara yang akan digunakan. Kalau penelitian kualitatif, sebaiknya gunakan wawancara tidak terstruktur untuk pewawancara yang sudah berpengalaman, atau semi terstruktur untuk pewawancara yang belum berpengalaman.
- Rencanakan item pertanyaan dengan baik sehingga pelaksanaan akan lebih efisien. Pewawancara harus mengerti tentang topik penelitian dan informasi apa saja yang akan diungkap dari responden.Bagi pewawancara yang belum berpengalaman, tidak ada salahnya untuk melakukan latihan, atau simulasi terlebih dahulu. Bisa juga dengan mengikuti proses wawancara yang dilakukan oleh rekan yang lebih senior.
- Gunakan sarana semaksimal mungkin sehingga informasi yang ada tidak terlewatkan. Buatlah panduan dengan checklist (seperti metode dokumentasi) atau gunakan alat perekam audio atau video.
- Aturlah waktu dengan baik agar pelaksanaan wawancara dapat berjalan dengan efektif dan jika perlu dapat dilakukan tatap muka lebih dari satu kali sesuai dengan keperluan penelitian.
C. Observasi
Observasi atau pengamatan melibatkan semua indera (penglihatan, pendengaran, penciuman, pembau, perasa). Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekadar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat. Misalnya kita memperhatikan reaksi penonton televisi itu, bukan hanya mencatat bagaimana reaksi itu, dan berapa kali muncul, tetapi juga menilai, reaksi tersebut sangat, kurang, atau tidak sesuai dengan yang kita kehendaki.
Sebagai contoh dapat dikemukakan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui proses belajar-mengajar di kelas. Variabel yang akan diungkap didaftar, kemudian di tally kemunculannya, dan jika perlu kualitas kejadian itu dijabarkan lebih lanjut.
Perancangan Percobaan dan Penelitian dalam Laboratorium
- Sebelum melakukan percobaan laboratoium, dilakukan perancangan percobaan
- Dalam proses perancangan percobaan, unit penelitian dan perlakuan yang akan dikenakan pada setiap unit penelitian direncanakan
Perancangan percobaan (experiment design) sangat diperlukan pada penelitian yang dilakukan dalam laboratorium . Laboratorium tidak hanya mengacu pada ruangan laboratorium (biologi, kimia, fisika, kedokteran atau ilmu rekayas) tapi pada setiap ruang termasuk lapangan yang setiap faktornya dapat dikendalikan.
Sebelum melakukan penelitian-penelitian biologi, kimia, fisika dan rekayasa yang dilakukan dalam laboratorium, umumnya peneliti merancang unit percobaan yang akan dilakukan .Dalam penelitian biologi, kimia, fisika dan rekayasa memungkinkan untuk memilih obyek penelitian dan mengusahakan kondisi penelitian (misalnya suhu, konsentrasi zat kimia, tekanan, media) yang homogen, sesuatu yang amat sulit dilakukan pada penelitian-penelitian sosial (ekonomi, psikologi, sosiologi)
Dasar perhitungan semua jenis Perancangan Percobaan adalah Analisis Varians (Analysis of Variance) suatu bidang kajian dalam Statistika
D. Dokumentasi
Tidak kalah penting dari metode-metode lain, adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.
Dalam menggunakan metode dokumentasi ini peneliti memegang check-list untuk mencari variabel yang sudah ditentukan. Apabila terdapat/muncul variabel yang dicari, maka peneliti tinggal membubuhkan tanda check atau tally di tempat yang sesuai. Untuk mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau belum ditentukan dalam daftar variabel peneliti dapat menggunakan kalimat bebas.
DATA PENELITIAN
Berdasarkan cara pengambilannya, data terbagi menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut:
Data Primer
Adalah data yang diambil dari sumber data secara langsung oleh peneliti atau yang mewakilinya di mana peneliti melakukan pengukuran sendiri. Data tersebut misalnya data kuesioner, data pengukuran tinggi atau berat badan, di mana peneliti melakukan pengukuran sendiri.
Data Sekunder
Adalah data yang diambil tidak dari sumber langsung asli. Misalnya data yang diperoleh dari buku, dari suatu dokumen, atau bisa juga dari hasil kuesioner yang telah dilakukan oleh peneliti lain.
Misalnya anda melakukan penelitian tentang rasio-rasio keuangan yang ada di Bursa Efek Indonesia, ya termasuk data sekunder. Tetapi misalnya anda memberikan kuesioner terhadap direktur pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, namanya data primer.
6. Menganalisa data.
Pekerjaan paling berat yang dilakukan peneliti setelah data terkumpul adalah analisis data. Analisis data merupakan bagian sangat penting dalam penelitian, karena dari analisis ini akan diperoleh temuan, baik temuan substantif maupun formal. Selain itu, analisis data kualitatif sangat sulit karena tidak ada pedoman baku, tidak berproses secara linier, dan tidak ada aturan-aturan yang sistematis.
Pada hakikatnya analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa dipahami dengan mudah.
Analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti mulai mengumpulkan data, dengan cara memilah mana data yang sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran penting dan tidaknya mengacu pada kontribusi data tersebut pada upaya menjawab fokus penelitian. Di dalam penelitian lapangan (field research) bisa saja terjadi karena memperoleh data yang sangat menarik, peneliti mengubah fokus penelitian. Ini bisa dilakukan karena perjalanan penelitian kualitatif bersifat siklus, sehingga fokus yang sudah didesain sejak awal bisa berubah di tengah jalan karena peneliti menemukan data yang sangat penting, yang sebelumnya tidak terbayangkan. Lewat data itu akan diperoleh informasi yang lebih bermakna. Untuk bisa menentukan kebermaknaan data atau informasi ini diperlukan pengertian mendalam, kecerdikan, kreativitas, kepekaan konseptual, pengalaman dan expertise peneliti. Kualitas hasil analisis data kualitatif sangat tergantung pada faktor-faktor tersebut.
7. Menginterprestasikan data dan menarik kesimpulan.
Jika perkataan itu keluar dari relung hati, maka ia akan masuk ke relung hati pula. Jika perkataan keluar dari ujung lidah, maka untuk mencapai telinga pun akan sulit. Kemampuan memberikan sebuah presentasi yang baik merupakan modal yang sangat penting. Jika Anda bekerja di sebuah perusahaan, pasti Anda harus memberikan presentasi, baik kepada atasan maupun kepada client dari perusahaan Anda.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika kita memberikan presentasi, antara lain:
1. Pendengar (audience),
2. Lamanya waktu presentasi,
3. Sifat dari presentasi (formal, informal).
Pengetahuan tentang audience dari presentasi sangat penting. Presentasi di depan orang yang mengerti teknis (misalnya dalam sidang pengujian hasil penelitian atau tugas akhir) berbeda dengan presentasi di depan manager eksekutif atau masyarakat umum yang tidak suka detail. Orang yang mengerti teknis akan merasa kesal apabila penjelasan terlalu bertele-tele kepada hal-hal yang tidak esensial dan bahkan berkesan menggurui. Sementara manager eksekutif akan bosan dan bingung jika anda menggunakan istilah teknis (dan memberikan rumus matematik yang njlimet).
Penguasaan akan waktu merupakan hal yang penting. Banyak pembicara yang bagus yang tidak dapat mengendalikan waktunya, biasanya molor, sehingga memberi dampak negatif. Dampak negatif ini terasa kepada audience, pembicara lain, penguji, dan panitia (jika ini terjadi dalam sebuah seminar). Usahakan tepat waktu. Justru kepandaian seorang pembicara adalah menepatkan diri dengan waktu yang diberikan. Kemampuan menjelaskan sesuatu dalam waktu yang singkat merupakan bukti kepandaian dan penguasaan materi oleh presenter tersebut.
C. MENULIS KARYA ILMIAH
1. Karya Ilmiah
Suatu karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium , artikel jurnal, yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah, seperti makalah, laporan praktikum, dan skrispsi (tugas akhir). Yang disebut terakhir umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis pakar-pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian. Dalam beberapa hal ketika mahasiswa melakukan praktikum, ia sebetulnya sedang melakukan “verifikasi” terhadap proses penelitian yang telah dikerjakan ilmuwan sebelumnya. Kegiatan praktikum didesain pula untuk melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.
2. Sitematika Karya Ilmiah
Sistematika suatu karya ilmiah sangat perlu disesuaikan dengan sistematika yang diminta oleh media publikasi (jurnal atau majalah ilmiah), sebab bila tidak sesuai akan sulit untuk dimuat. Sedangkan suatu karya ilmiah tidak ada artinya sebelum dipublikasi. Walaupun ada keragaman permintaan penerbit tentang sistematika karya ilmiah yang akan dipublikasi, namun pada umumnya meminta penulis untuk menjawab empat pertanyaan berikut:
a. Apa yang menjadi masalah?;
b. Kerangka acuan teoretik apa yang dipakai untuk memecahkan masalah?;
c. Bagaimana cara yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah itu?;
d. Apa yang ditemukan?; serta
e. Makna apa yang dapat diambil dari temuan itu?
Paparan tentang apa yang menjadi masalah dengan latar belakangnya biasanya dikemas dalam bagian Pendahuluan. Paparan tentang kerangka acuan teoretik yang digunakan dalam memecahkan masalah umumya dikemukakan dalan bagian dengan judul Kerangka Teoritis atau Teori atau Landasan Teori , atau Telaah Kepustakaan, atau label-label lain yang semacamnya. Paparan mengenai apa yang dilakukan dikemas dalam bagian yang seringkali diberi judul Metode atau Metodologi atau Prosedur atau Bahan dan Metode. Jawaban terhadap pertanyaan apa yang ditemukan umumnya dikemukakan dalam bagian Temuan atau Hasil Penelitian. Sementara itu paparan tentang makna dari temuan penelitian umumnya dikemukakan dalam bagian Diskusi atau Pembahasan.
Tentu saja sistematika karya ilmiah ini tidak baku, atau harga mati. Sistematika karya ilmiah sangat bergantung pada tradisi masarakat keilmuan dalam bidang terkait, jenis karya ilmiah (makalah, laporan penelitian, skripsi).
Dalam suatu karya ilmiah yang mempunyai tingkat keformalan yang tinggi, seperti misalnya skripsi, sistematika penulisan lebih baku, dan beberapa paparan lainnya sering diminta dari mahasiswa, seperti seperti Kesimpulan dan Rekomendasi (Saran-Saran) pada bagian akhir, atau Kata Pengantar pada bagian awal.
Banyak jurnal dan majalah meminta abstrak, yakni rangkuman informasi yang ada dalam dokumen laporan, makalah, atau skripsi, lengkapnya. Abstrak yang ditulis secara baik memungkinkan pembaca mengenali isi dokumen lengkap secara secara cepat dan akurat, untuk menentukan apakah isi dokumen sesuai dengan bidang minatnya, sehingga dokumen tersebut perlu dibaca lebih lanjut.
Abstrak sebaiknya tidak lebih dari 250 kata (dalam satu atau dua paragraf), menyatakan secara singkat tujuan dan lingkup penelitian/ pengkajian, metode yang digunakan, rangkuman hasil, serta kesimpulan yang ditarik.
3. Laporan Praktikum
Dalam tradisi pendidikan tinggi dalam bidang sains, kegiatan praktikum menjadi bagian penting dari program pendidikan. Hal ini disebabkan oleh pentingnya peranan kegiatan praktikum dalam mengembangkan kompetensi ahli sains. Praktikum menjadi wahana untuk:
a. Pemantapan pengetahuan teoretis yang telah dipelajari;
b. Pengembangan keterampilan menggunakan peralatanperalatan standar laboratorium sains;
c. Pembinaan sikap ilmiah dalam bekerja di laboratorium sains; dan
d. Pengembangan kemampuan menulis laporan kegiatan laboratorium.
Kombinasi antara pemahaman yang kuat aspek-aspek teoretis, kemampuan merancang eksperimen/penyelidikan untuk memecahkan masalah dengan mengaplikasikan pengetahuan teoretik tadi, keterampilan bekerja di laboratorium, serta kemampuan menulis laporan sehingga layak dipublikasi, merupakan unsur-unsur penting dari kompetensi seorang ilmuwan.
Seperti halnya karya ilmiah lainnya, laporan praktikum mesti memenuhi kriteria:
a. Nalar (logic);
b. Kejelasan (clarity); dan
c. Presisi (precision).
Dalam kaitan ini kecermatan berbahasa dalam menulis laporan sangat penting peranannya, karena faktor ini dapat membuat suatu laporan memenuhi tiga kriteria tadi. Perlu diingat bahwa sebuah laporan praktikum adalah wahana penyampaian pesan dari pelajar sebagai komunikator kepada pembaca laporan itu (pendidik dan pelajar lain) tentang:
a. Masalah apa yang diselidiki;
b. Pengetahuan teoretis apa yang dijadikan landasan bagi penetapan prosedur/metode penyelidikan:
c. Apa yang dilakukan untuk pengumpulan data dan informasi;
d. Data apa yang terkumpul dan temuan apa yang dihasilkan dari analisis data;
e. Pembahasan (diksusi) tentang hasil yang diperoleh, khususnya mengenai implikasi temuan ;
f. Kesimpulan apa yang dapat ditarik.
Sesuai dengan fungsi laporan praktikum yang dikemukakan di atas, laporan praktikum umumnya terdiri atas komponen-komponen:
a. Tujuan, yang memaparkan permasalahan apa yang akan diselidiki;
b. Teori, yang memaparkan konsep dan prinsip yang melandasi penyelidikan yang dilakukan;
c. Alat dan bahan, yang merupakan paparan tentang jenis alat dan bahan yang dipakai, baik nama maupun ukuran. Apabila alat ukur elektronik tertentu dipergunakan, hendaknya disertakan merk dan nomor serinya. Bahan kimia perlu dilaporkan dengan konsentrasinya (bila larutan) dan kemurniannya (bila zat murni);
d. Prosedur percobaan, yang memaparkan tahap-demi tahap yang dilakukan; (4) Hasil Percobaan , yang mengungkapkan data yang telah ditabulasi, hasil analisis data, baik secara statistik maupun tidak, serta temuan-temuan penting percobaan sebagai hasil analisis data;
e. Pembahasan, yang mengungkapkan rasionalisasi (penjelasan yang masuk akal) terhadap berbagai temuan yang menarik, misalnya perbedaan antara prediksi teoretis dengan realita yang diamati;
f. Kesimpulan , sebagai pernyataan singkat yang mengungkapkan hasil penyelidikan secara menyeluruh.
4. Menuliskan Daftar Pustaka
Karya ilmiah perlu dilengkapi dengan daftar pustaka, yang memaparkan karya ilmiah lain yang digunakan sebagai rujukan. Agar dapat ditelusuri orang lain penulisan karya ilmiah rujukan tersebut perlu memuat nama pengarang, judul karya ilmiah, tahun penerbitan, serta penerbitnya. Tata cara penulisan daftar pustaka perlu juga memberikan isyarat apakah karya ilmiah yang dirujuk itu berupa buku, jurnal, makalah seminar, laporan penelitian yang tidak dipublikasi, dokumen Web, dll. Oleh karenanya ada tata cara yang ditetapkan untuk menuliskan daftar pustaka. Namun demikian terdapat banyak versi tata cara penulisan daftar pustaka, bergantung pada tradisi yang dipegang oleh masyarakat keilmuan dalam masing-masing bidang.
Tata cara apapun dapat saja dipakai asalkan pemakaiannya konsisten. Namun demikian apabila karya ilmiah kita ingin dipublikasikan dalam jurnal tertentu, kita harus menyesuaikan diri dengan tata cara penulisan daftar pustaka yang ditetapkan oleh redaksi jurnal tersebut.
D. PETUNJUK PENULISAN ILMIAH
STRUKTUR PENULISAN ILMIAH
Susunan struktur Penulisan Ilmiah adalah sebagai berikut :
1. Bagian Awal
2. Pendahuluan
3. Tinjauan Pustaka / Landasan Teori.
4. Hasil Penelitian dan Analisa Bagian Pokok
5. Kesimpulan (& Saran)
6. Bagian akhir
1. Bagian Awal
Bagian Awal , terdiri atas :
- Halaman Judul
Ditulis sesuai dengan cover depan Penulisan Ilmiah standar sekolah.
- Lembar Pengesahan
Dituliskan Judul Tulisan Ilmiah, Nama, Nomor Induk Siswa, Tanggal, dan tanda tangan pembimbing, serta Kepala Sekolah.
- Abstraksi
Berisi ringkasan dari penulisan. Maksimal 1 halaman.
- Kata Pengantar
Berisi ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut berperan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan ilmiah (a.l. Kepala Sekolah, Ketua Program, Pembimbing, Perusahaan, dll).
- Daftar Tabel
- Daftar Gambar
- Daftar Lampiran
2. Pendahuluan
Pendahuluan menguraikan pokok persoalan. Terdiri dari :
- Latar Belakang Masalah
Menguraikan mengapa penulis sampai kepada pemilihan topik perma-salahan yang bersangkutan.
- Masalah dan Pembatasan Masalah
Memberikan batasan yang jelas bagian mana dari persoalan yang dikaji dan bagian mana yang tidak.
- Tujuan Penulisan
Menggambarkan hasil-hasil yang diharapkan dari penelitian ini dengan memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti.
- Metode Penelitian
Menjelaskan cara pelaksanaan kegiatan penelitian, mencakup cara pengumpulan data dan cara analisa data.
Jenis-Jenis Metode Penelitian :
a. Studi Pustaka : Semua bahan diperoleh dari buku-buku dan/atau jurnal, web, dll.
b. Studi Lapangan : Data diambil langsung di lokasi penelitian.
c. Gabungan : Menggunakan gabungan kedua metode di atas.
- Sistematika Penulisan
Memberikan gambaran umum dari bab ke bab isi dari Penulisan Ilmiah.
3. Landasan Teori (untuk yang melakukan penelitian)
Menguraikan teori-teori yang menunjang penulisan / penelitian, yang bisa diperkuat dengan menunjukkan hasil penelitian sebelumnya.
4. Gambaran Umum Perusahaan (untuk yang melakukan penelitian / kerja praktek di perusahaan)
Menguraikan secara singkat profil perusahaan tempat dilakukannya kerja praktek / penelitian. Dibuat bab sendiri (tidak termasuk dalam landasan teori).
5. Hasil Penelitian dan Analisa
Bagian ini dapat dipecah menjadi beberapa bab.
- Hasil Penelitian (Analisa Perusahaan)
Menguraikan hasil penelitian yang mencakup semua aspek yang terkait dengan penelitian.
- Analisa dan Pembahasan (Pembahasan)
Menjelaskan tentang keterkaitan antar faktor-faktor dari data lapangan yang diperoleh dan membahas masalah-masalah yang diajukan.
6. Kesimpulan (dan Saran)
Bab ini bisa terdiri dari Kesimpulan saja atau ditambahkan Saran.
- Kesimpulan
Berisi jawaban dari masalah yang diajukan penulis, yang diperoleh dari penelitian.
- Saran
Ditujukan kepada pihak-pihak terkait, sehubungan dengan hasil penelitian.
7. Bagian Akhir
- Daftar Pustaka
Berisi daftar referensi (buku, jurnal, majalah, dll), yang digunakan dalam penulisan.
- Daftar Simbol
Berisi deretan simbol-simbol yang digunakan di dalam penulisan, lengkap dengan keterangannya.
- Lampiran
Penjelasan tambahan, dapat berupa uraian, program, gambar, perhitungan-perhitungan, grafik, atau tabel, yang merupakan penjelasan rinci dari apa yang disajikan di bagian-bagian terkait sebelumnya.
E. TEKNIK PENULISAN
1. Penomoran Bab serta subbab
· Bab dinomori dengan menggunakan angka romawi.
· Subbab dinomori dengan menggunakan angka latin dengan mengacu pada nomor bab/subbab dimana bagian ini terdapat.
II ………. (Judul Bab)
2.1 ………………..(Judul Subbab)
2.2 ………………..(Judul Subbab)
2.2.1 ………………(Judul Sub-Subbab)
· Penulisan nomor dan judul bab di tengah dengan huruf besar, ukuran font 14, tebal.
· Penulisan nomor dan judul subbab dimulai dari kiri, dimulai dengan huruf besar, ukuran font 12, tebal.
2. Penomoran Halaman
· Bagian Awal, nomor halaman ditulis dengan angka romawi huruf kecil (i,ii,iii,iv,…).Posisi di tengah bawah (2 cm dari bawah). Khusus untuk lembar judul dan lembar pengesahan, nomor halaman tidak perlu diketik, tapi tetap dihitung.
· Bagian Pokok, nomor halaman ditulis dengan angka latin. Halaman pertama dari bab pertama adalah halaman nomor satu. Peletakan nomor halaman untuk setiap awal bab di bagian bawah tengah, sedangkan halaman lainnya di pojok kanan atas.
· Bagian akhir, nomor halaman ditulis di bagian bawah tengah dengan angka latin dan merupakan kelanjutan dari penomoran pada bagian pokok.
3. Judul dan Nomor Gambar / Grafik / Tabel
· Judul gambar / grafik diketik di bagian bawah tengah dari gambar. Judul tabel diketik di sebelah atas tengah dari tabel.
· Penomoran tergantung pada bab yang bersangkutan, contoh : gambar 3.1 berarti gambar pertama yang ada di bab III.
4. Penulisan Daftar Pustaka
· Ditulis berdasarkan urutan penunjukan referensi pada bagian pokok tulisan ilmiah.
· Ditulis menurut kutipan-kutipan
· Menggunakan nomor urut, jika tidak dituliskan secara alfabetik
· Nama pengarang asing ditulis dengan format : nama keluarga, nama depan.Nama pengarang Indonesia ditulis normal, yaitu : nama depan + nama keluarga
· Gelar tidak perlu disebutkan.
· Setiap pustaka diketik dengan jarak satu spasi (rata kiri), tapi antara satu pustaka dengan pustaka lainnya diberi jarak dua spasi.
· Bila terdapat lebih dari tiga pengarang, cukup ditulis pengarang pertama saja dengan tambahan ‘et al’.
· Penulisan daftar pustaka tergantung jenis informasinya yang secara umum memiliki urutan sebagai berikut :
Nama Pengarang, Judul karangan (digarisbawah / tebal / miring), Edisi, Nama Penerbit, Kota Penerbit, Tahun Penerbitan.
Contoh :
Buku :
Date, C.J., An Introduction To Database Systems, 6th ed., Addison Willey Publishing Wesley Company, Inc., Reading Massachusetts, 1995.
Anonim :
Anonim, Sistem Pemerintahan di Indonesia, cetakan pertama, PT. Gunung Agung, Jakarta 1983.
Majalah / Jurnal :
Cattell R.G.G. and Skeen.J. “Object Operation Benchmark”. ACM Trans. Database Systems, 17, 1992, pp. 1 - 31.
(Jika ada, nama dan kota penerbit dapat dicantumkan di antara volume dan halaman, nama jurnal digarisbawah / tebal / miring).
Lebih dari tiga penulis :
Stoica, I, et all., “A Proportional Share Resource Allocation Algorithm for Real-Time, Time-Shared Systems”, In Proceedings Real-Time Systems Symposium, IEEE Comp. Press, Desember, 1996, hlm. 288 - 299.
Artikel :
N.L. Owsley, “Sonar array processing”, in Array Signal Processing, S. Haykin, Ed., Englewood Cliffs, NJ:Prentice_Hall, 1985, ch. 3,pp.115-193.
Internet :
Galagher, P.R.Jr., “A guide to understanding audit in trusted system”,
Atau
5. Pengutipan
Agar pengutipan menjadi sederhana, judul materi yang diacu tidak perlu diletakkan di bagian bawah pada halaman yang bersangkutan, melainkan cukup dengan memberikan nomor urut acuan dari daftar pustaka, sbb :
....................(kutipan).............[³] → berarti kutipan diambil dari buku ke tiga dari daftar pustaka.
· Jika kutipan kurang atau sama dari tiga baris, bagian awal dan akhir kutipan diberi tanda kutip, spasi tetap biasa.
· Kutipan yang lebih panjang dari tiga baris tidak perlu diberi tanda kutip, tapi diketik dengan jarak satu spasi dengan indent yang lebih dalam 7 ketuk pada bagian kiri.
6. Format Pengetikan
· Menggunakan kertas ukuran A4.
· Margin Atas : 4 cm Bawah : 3 cm Kiri : 4 cm Kanan : 3 cm
· Jarak spasi : 1,5
· Jenis huruf (Font) : Times New Roman.
· Ukuran / variasi huruf : Judul Bab 14 / Tebal + Huruf Besar ;Isi 12 / Normal Subbab 12 / Tebal